BERITA iNEWS, MAKASSAR Pihak keluarga pasien corona (Covid19) yang meninggal di Kota Makassar akhirnya ungkap hal ini.
Melalui akun Facebooknya, Armi Indrayuni, salah satu anggota keluarga pasien dengan nomor 285 menyebut, Almarhumah dan keluarga selama umrah dan tiba di Tanah Air dalam keadaan sehat.
“Memang (pasien 285) memiliki kondisi atau riwayat penyakit sendi dan komplikasi lainnya selama setahun terakhir. Bahkan selama umrah, almarhumah memakai kursi roda karena kondisi tersebut,” tulis Armi, Minggu (23/3/2020).
Dia menjelaskan, informasi yang menyebut pasien 285 dirawat di RS Siloam selama lima hari terakhir kemudian meninggal, tidak benar.
Fakta sebenarnya, lanjut dia, Almarhumah masuk di RS Siloam Makassar pada tanggal 15 Maret 2020 pukul 06.00 Wita. Kemudian meninggal sore harinya 17.00 Wita
“Jadi meninggal hari itu juga, dalam kurun waktu tidak lebih dari 12 jam. Hal ini bisa kami buktikan dengan rekam medis yang ada di RS Siloam Makassar,” kata Armi.
Empat hari kemudian, Alhmarhumah dinyatakan positif virus corona. Hal itu kata dia, membuat pihak keluarga kaget, pasalnya tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
“Kami sekeluarga pun kaget karena sebelumnya tidak dikonfirmasi terlebih dahulu dari pihak RS tentang hasil tersebut. Kami tentunya kecewa atas situasi itu,” ungkapnya.
“Kami berusaha tabah dan tetap mengikuti prosedur kesehatan sesuai protokol dari Dinas Kesehatan untuk mengisolasi diri dan menjaga imun tubuh kami masing masing,” sambungnya.
Kata dia, dia beberapa anggota keluarga sudah mengikuti serangkaian tes di Rumah Sakit Wahidin pada Jumat, (20/3/2020) dan Sabtu, (21/3/2020).
“Kami kini berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP) karena belum menunjukkan gejala klinis dan mengarantina diri kami selama 14 hari,” beber Armi.
Di akhir tulisannya, dia mewakili pihak keluarga menyampaikan permohonan maaf kepada warga Makassar dan Sulawesi Selatan atas keresahan ini.
“Sungguh, semua kejadian ini di luar kuasa kami.
Kami pun tidak menginginkan adanya vonis penyakit apapun seperti virus penyebab covid19 yang telah diberitakan sebelumnya. Siapa di antara kita yang mau menerima penyakit ini dan mendapatkan stigma negatif dari masyarakat? Saya pikir tidak ada satu orang pun yang mau demikian,” ujarnya.
“Kami bersyukur, kami bisa dideteksi secara dini sehingga mampu ditangani secara medis dan sesuai protokol kesehatan yang ada,” tutupnya.
Melaporkan : Rendy As