Kabar Corona Dunia: Gelombang ke-4 di Bulgaria; 300 Ribu Kasus di Inggris

Polisi berpatroli di area perumahan untuk memeriksa orang-orang yang mengenakan masker di Suva, Fiji. Foto: Leon Lord/AFPkumparan merangkum kabar corona dunia pada Minggu (24/10). Mulai dari gelombang ke-4 di Bulgaria hingga 300 ribu kasus baru di Inggris.Hingga saat ini penularan COVID-19 masih terus terjadi. Tercatat kasus positif global mencapai 244.232.863 orang di mana 4.961.777 di antaranya meninggal dunia.Amerika Serikat, India, Brasil dan Inggris menjadi empat negara terdampak parah. Tercatat kasus positif di empat negara itu di atas 8 juta jiwa.Berikut rangkuman dari kabar corona dunia:Petugas menyemprotkan desinfektan di sekitar Gereja St. Nedelya, Sofia, Bulgaria. Foto: AFP/NIKOLAY DOYCHINOVHadapi Gelombang ke-4, Bulgaria Akan Pindahkan Pasien COVID-19 ke Luar NegeriPemerintah Bulgaria mengungkapkan akan mengirim pasien virus corona ke luar negeri dalam beberapa hari ke depan. Gelombang ke-4 pandemi yang ganas membuat sistem kesehatan dalam negeri kepayahan dan memaksa Bulgaria untuk meningkatkan pembatasan.Menteri Kesehatan Stoycho Katsarov mengatakan kepada saluran TV Nova bahwa jika tingkat infeksi saat ini tidak bisa dihentikan dalam 10-15 ke depan, maka akan ada “masalah besar”.”Kapasitas kami dalam hal staf dan ventilator secara praktis habis. Kami akan mencari bantuan dari luar negeri,” kata Katsarov, Sabtu (23/10).”Pembicaraan masih berlangsung dengan Uni Eropa untuk memindahkan pasien ke negara-negara lain jika keputusan itu yang harus dilakukan,” lanjutnya.Katsarov juga memperingatkan bahwa lockdown tidak dapat dikesampingkan.Terlepas dari pengenalan izin kesehatan untuk masuk ke sejumlah tempat seperti restoran dan pusat belanja, para ahli mengatakan gelombang saat ini dapat menyebabkan infeksi melonjak dari sekitar 5.000 kasus per hari menjadi 9.000 kasus dalam dua minggu.Apalagi, Bulgaria merupakan salah satu negara dengan tingkat kematian COVID tertinggi di dunia, dengan total kematian hampir mencapai 23.000 orang.Selama setahun terakhir, Bulgaria menghadapi krisis politik berkepanjangan di samping pandemi, dengan pemilihan parlemen ketiga tahun ini akan berlangsung bulan depan.Sementara terkait vaksinasi, Bulgaria dan negara tetangganya, Rumania, sama-sama memiliki tingkat vaksinasi yang rendah di Uni Eropa, dengan penerimaan yang rendah diakibatkan pada beredar luasnya teori konspirasi dan ketidakpercayaan pihak berwenang.Hanya 24% warga Bulgaria yang telah menerima vaksin dosis penuh, sementara warga Rumania yang menerima vaksin dosis penuh sebanyak 33%.Pusat vaksinasi Bulgaria juga melaporkan ada peningkatan penerimaan vaksin setelah izin kesehatan dikenalkan ke publik pada Selasa lalu. Jumlah orang yang menerima vaksin per Jumat (22/10) naik tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya.Warga membawa troli usai belanja di supermarket saat Melbourne kembali lockdown, Kamis (27/5). Foto: WILLIAM WEST / AFPMelbourne Akan Longgarkan Pembatasan Kegiatan Pekan Depan Jika Vaksinasi 80%Melbourne, Australia, akan melonggarkan pembatasan kegiatan karena pandemi corona mulai pekan depan. Meski begitu, capaian 80 persen vaksinasi dosis penuh menjadi syarat pelonggaran tersebut.Melbourne disebut sebagai kota yang melakukan lockdown paling lama, yakni hampir sembilan bulan sejak Maret 2020.Reuters melaporkan, jika tingkat vaksinasi di Melbourne telah mencapai 80 persen, warga boleh bepergian dengan bebas. Mereka juga tidak perlu memakai masker di luar ruangan.”Ada kesepakatan mendasar yang telah kami capai dengan komunitas Victoria, kami meminta Anda untuk divaksinasi, Anda telah melakukannya dalam waktu singkat dan jumlah rekor,” kata Perdana Menteri Daniel Andrews.Ia berharap 90 persen warganya telah divaksin pada 24 November 2021. Sebab, hanya orang-orang yang telah disuntik vaksin yang diizinkan untuk bepergian.”Ini pendekatan kami untuk mencoba dan mencapai kehidupan sedekat mungkin dengan normal,” kata Andrews.Seorang warga Inggris disuntik vaksin corona di velodrome Arena Derby, Derbyshire, Inggris. Foto: Carl Recine/REUTERSCorona di Inggris Ngamuk Diduga karena Subvarian Delta, Harus Jadi Pelajaran RILonjakan kasus positif corona terjadi di Inggris, kendati cakupan vaksinasi di negara tersebut telah melebihi 70% jumlah penduduk. Melihat fenomena tersebut, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat untuk terus waspada dan mempertahankan disiplin protokol kesehatan seiring dengan program vaksinasi yang terus digencarkan.“Kita ketahui, beberapa negara mengalami lonjakan kasus COVID-19 meski cakupan vaksinasi sudah cukup tinggi. Kali ini di Inggris, setelah sebelumnya beberapa negara Eropa lainnya, seperti Rusia. Hal ini adalah pengingat bagi kita semua, bahwa ancaman COVID-19 masih ada dan kita tidak boleh lengah, meski saat ini kondisi pandemi di Indonesia tertangani baik,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate.Saat ini, tercatat lebih dari 50 ribu orang terinfeksi COVID-19 di Inggris. Namun, menurut pemerintah Inggris, kasus rawat inap dan kematian tetap rendah berkat dukungan program vaksinasi yang cukup tinggi.Berdasarkan data dari Our World Data, hingga 19 oktober 2021, cakupan vaksinasi di Inggris sudah mencapai 73,7% untuk dosis pertama dan 67,6% untuk dosis kedua.“Lonjakan kasus baik di Inggris maupun Rusia adalah bukti nyata bahwa pandemi belum usai. Vaksinasi terbukti menjadi faktor penting untuk menekan risiko kematian. Oleh karena itu segerakan vaksinasi dan tetap gunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” katanya.Menurut beberapa ahli lonjakan kasus di Inggris disebabkan karena subvarian Delta. Varian ini diduga lebih ganas dari varian Delta yang lebih menular dan sempat memicu lonjakan di Indonesia.Seorang wanita berjalan melewati ambulans yang diparkir di luar Rumah Sakit di Saint Petersburg, Rusia (17/6). Foto: Alexander Demianchuk/TASS via ReutersInggris Catat 333.465 Kasus Positif COVID-19 Minggu Ini, Tertinggi Sejak JuliInggris melaporkan jumlah kasus positif baru COVID-19 tertinggi sejak Juli dalam satu minggu terakhir. Jumlah ini terungkap pada Sabtu (23/10), sehari setelah Perdana Menteri Boris Johnson menyebut kecil kemungkinan untuk kembali melakukan lockdown.Sebanyak 333.465 orang dinyatakan positif COVID-19 selama 7 hari terakhir. Jumlah ini naik 15% dari minggu sebelumnya dan merupakan jumlah tertinggi sejak 21 Juli.Data harian menunjukkan ada 44.985 kasus baru pada Sabtu, turun dari 49.298 kasus pada Jumat. Data kematian menunjukkan 135 orang meninggal dunia dalam 28 hari setelah dinyatakan positif.Angka kematian meningkat 12% selama seminggu terakhir dan totalnya sejak awal pandemi sebanyak 139.461 orang, tertinggi kedua di Eropa setelah Rusia.

e catalog beritainews

Pos terkait