BERITA INEWS.COM – Pemerintah mengklaim kasus positif dan aktif Covid-19 masih terkendali. Meski begitu, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto mengakui bahwa ada tren kenaikan pada beberapa hari terakhir pasca-Idul Fitri.
Airlangga menyebutkan, kasus aktif pasca-Idul Fitri meningkat 0,85 persen jika dibandingkan dengan rata-rata minggu sebelumnya. ”Kita perlu mewaspadai periode peningkatan kasus setelah libur Idul Fitri yang diperkirakan terjadi pada 4–5 minggu setelahnya,” kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers setelah rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, kemarin (7/6).
Airlangga memerinci, tingkat kasus aktif di Indonesia per 6 Juni tercatat 5,3 persen, masih jauh lebih baik daripada kasus aktif global di angka 7,5 persen. Sementara itu, tingkat kesembuhan Indonesia berada di angka 91,9 persen (global 90,3 persen) dan kematian 2,8 persen (global 2,15 persen).
Kasus aktif nasional per 6 Juni yang berjumlah 98.455 mengalami penurunan 44,2 persen jika dibandingkan dengan puncak kasus pada 5 Februari. Jumlah kasus aktif terendah terjadi pada 18 Mei, yakni 87,514 kasus. Namun, sejak 19 Mei kembali mengalami tren peningkatan. Bahkan, pada 29 Mei–2 Juni, kasus aktif berada di atas 100 ribu.
Tren konfirmasi harian sebelum Idul Fitri berada di kisaran 5 ribu–6 ribu kasus per hari. Satu minggu pasca-Idul Fitri, yakni pada 13–19 Mei, mengalami tren penurunan. Namun, sejak 19 Mei, kasusnya terus mengalami peningkatan kembali ke angka 5 ribu–6 ribu per hari.
Airlangga menekankan, ada lima provinsi dengan kasus aktif terbesar yang berkontribusi atas 65 persen kasus aktif tingkat nasional. ”Yakni, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Papua, dan Riau. Provinsi di Pulau Jawa berkontribusi 52,4 persen terhadap kasus aktif nasional, sedangkan provinsi di Sumatera berkontribusi 26,5 persen,’’ tutur Ketum Partai Golkar itu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan, dari sisi bed occupancy rate (BOR) nasional, per 6 Juni ada 22 provinsi yang mengalami tren peningkatan. BOR isolasi dan intensif ICU di tingkat kabupaten/kota meningkat seiring dengan peningkatan kasus aktif. Ada beberapa daerah atau klaster yang memiliki kenaikan BOR cukup tinggi, contohnya Kudus dan Bangkalan. ”Kenaikan yang tinggi ini terjadi karena ada peningkatan kasus yang spesifik di klaster ini. Karena Kudus adalah daerah ziarah, sedangkan di Bangkalan banyak terdapat pekerja migran yang pulang dari negara tetangga,” jelasnya.
Budi menyatakan, pihaknya berupaya mengurai tekanan dan beban RS dengan merujuk pasien yang berat dan sedang ke kota terdekat. ”Untuk Kudus ke Semarang, sedangkan yang di Bangkalan dirujuk ke Surabaya,” imbuh mantan Dirut Bank Mandiri tersebut.
Jubir Pemerintah untuk Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa saat ini bola pengendalian kasus Covid-19 ada di pemerintah daerah. ”Pada prinsipnya, upaya pengendalian Covid-19 di daerah merupakan otoritas pemerintah setempat. Namun, diharapkan pimpinan daerah dapat mempertimbangkan aspek sosial masyarakat secara holistik untuk menetapkan kebijakan yang tepat,” jelas Wiku kemarin (7/6).
Sementara itu, Pemprov Jawa Tengah menyebutkan bahwa zona merah telah berkembang menjadi delapan kabupaten/kota. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa sebelumnya ada tiga kabupaten/kota di Jawa Tengah yang masuk zona merah, yakni Kudus, Brebes, dan Sragen. ”Namun, saat ini ada delapan yang masuk zona merah, yakni Kudus, Demak, Grobogan, Pati, Jepara, Sragen, Kabupaten Tegal, dan Brebes,” kata Ganjar kemarin (7/6).
Baca juga: Menkes Minta Maaf Soal DKI Dapat E Penanganan Covid, Ini Respons Anies
Ganjar mengatakan, pihaknya sudah memberikan instruksi khusus kepada delapan bupati di delapan daerah yang mengalami peningkatan kasus di atas. Perintahnya adalah menambah kapasitas tempat tidur, baik ICU maupun isolasi.