BERITA INEWS, JAKARTA — Potensi bencana ganda yang dihasilkan bencana alam dan bencana pandemi Covid-19 ini diprediksi masih akan banyak terjadi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofosika (BMKG) sendiri sudah beberapa kali mengingatkan banyaknya potensi bencana di Indonesia.
Menurut BMKG bencana alam gempa bumi di Indonesia berada dalam tren meningkat pada 2021. Dalam rilis BMKG sebulan lalu (23/4/2021) tersebut, data menunjukkan adanya peningkatan tren gempa bumi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan potensi atau tren kejadian gempa bumi, baik di Indonesia atau pun dunia secara signifikan.
Dalam masa pandemi kita sudah menghadapi banyak bencana ganda pandemi dan bencana alam. Gunung Merapi, Semeru, gempa Sulbar, Banjir Kalsel dan banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia mengakselerasi penyebaran Covid-19 di banyak daerah. ’’Tak ada jalan lain, stok masker medis secara masif perlu disiapkan Pemerintah dan semua pihak bukan saat bencana. Cadangan besar justru harus kita siapkan sebelum bencana terjadi,” jelas aktivis kemanusiaan Faisal Saimima di Jakarta, Rabu (9/6).
Pria yang juga aktif di Satkornas dan Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor ini menjelaskan bahwa seringkali kalangan aktivis menemui kenyataan kurangnya stok masker medis berkualitas dalam jumlah besar saat terjadinya bencana.
Bukan tanpa alasan ia menyampaikan peringatan tersebut. Faisal yang sudah setahun terakhir melakukan kampanye distribusi puluhan juta masker medis, Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatan, serta berbagai bahan pokok kepada masyarakat kerap menemui keprihatinan yang sama.
Dalam kegiatan distribusi lima juta masker medis yang GP Ansor lakukan bersama Aice Group dan Kantor Staf Presiden (KSP) di 20 kota Indonesia, para aktivis membangun gerakan pentahelix yang terdiri dari banyek elemen pemangku kepentingan. Tidak main-main, gerakan ini melibatkan puluhan Pemerintah Daerah, ratusan ormas dan organisasi kampus serta keagamaan, hingga ratusan media massa nasional dan daerah.
Gerakan pentahelix ini membagikan jutaan masker medis ke masyarakat bawah yang paling rentan terpapar virus Covid-19. Jutaan masker medis SHIELD-Aice ini mereka bagikan berbagai elemen masyarakat.
Masker medis yang didistribusikan dalam kampanye bernama Aice-SHIELD ini memiliki spesikasi tinggi. Masker medis ini memiliki bahan berkualitas tinggi dan diproduksi sendiri oleh Aice Group. Pihak Aice juga menjelaskan bahwa SHIELD sudah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Selain 5 juta masker medis yang didistribusikan ke kalangan masyarakat luas di 20 kabupaten dan kota, Aice juga membagikan 15 juta masker lainnya ke masyarakat lewat jaringan penjual es krim Aice di masyarakat. Semua masker dibagikan secara gratis sebagai sumbangan kemanusiaan dan tidak diperjualbelikan.
Juru Bicara sekaligus Brand Manager Aice Group sebagai donatur jutaan masker dan juga pemobilisasi ratusan ribu warung Aice yang ikut menyumbangkan 15 juta masker medis ke warga dan konsumen, mengakui berbagai aspek sosial dan budaya yang memengaruhi kesuksesan kampanye masker di masyarakat.
’’Kami melihat masyarakat grassroot banyak menyuarakan isu ekonomi dan kesulitan hidup sebagai dampak pandemi. Kombinasi penanganan ekonomi oleh pemerintah, dengan kebutuhan edukasi lewat tiap kearifan lokal agar warga mau membatasi jarak dan memakai masker, membuat kami yakin pentahelix dari tokoh masyarakat, agamawan, budayawan, kepala daerah dan peran media menjadi kunci sukses pencegahan perluasan pandemi,” jelas Sylvana.
Karenanya, ia bersama dengan KSP dan GP Ansor menggunakan jejaring masyarakat bawah yang menggunakan bahasa lokal, ajaran agama, penokohan pemimpin daerah, dan komunikasi publik lewat media massa dan medsos di puluhan kota tersebut.
Problem ekonomi dan sosial budaya tersebut juga diakui Faisal dalam kegiatan GP Ansor di berbagai wilayah Indonesia. Menurutnya, bahasa yang kompak dalam melawan virus ke masyarakat lebih mudah diterima masyarakat.
Pertimbangan soal kearifan lokal turut melatarbelakangi pendekatan tersebut. Di Cirebon, Semarang dan Rembang, kampanye masker mengangkat soal isu Prokes yang terbaik bagi kalangan kalangan pesantren dan aktifitas keagamaan seperti di masjid.
Namun di Manado dan Ambon, gerakan pentahelix ini menjadikan aktifis pemuda dan rohaniawan gereja setempat sebagai ujung tombak kampanye.
Beda lagi dengan di daerah bencana alam yang terjadi belum lama di Jogjakarta, Lumajang, Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan. Di empat wilayah ini, gerakan pentahelix 5 juta masker, memperkuat pertahanan masyarakat baik yang mengungsi maupun yang terdampak dengan ratusan ribu masker di tiap titik.
Meski demikian, di Malang kampanye masker medis ini menyuarakan soal berbeda. Saat berbagai titik wisata di Malang Raya mulai dibuka untuk umum, Aice dan GP Ansor mengingatkan soal risiko penularan yang cukup besar di klaster pariwisata.
Bersama dengan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah, gerakan 5 juta masker berusaha memberikan bahasa yang mudah, ringan, kontekstual dan disuarakan oleh tokoh di tiap masyarakat itu sendiri. (*)